Rute Perjalanan ke Raja Ampat

Raja Ampat, Papua adalah salah satu wisata pantai di Indonesia yang sangat mengagumkan, terdiri dari 4 kepulauan kecil, lautnya yang indah, pantai pasir putih yang menggoda, apalagi karang juga bisa dilihat jelas dengan tanpa harus menyelam atau snorkling terlebih dahulu, karena air laut di Raja Ampat ini jernih dan tenang. Karena keindahan yang ia miliki, akhirnya banyak Wisawan Lokal dan asing yang ingin berkunjung ke pulau ini, namun yang menjadi masalahnya adalah Rute Perjalanan Ke Raja Ampat yang masih banyak yang belum mengetahui nya.

Sebenarnya, rute untuk menuju Raja Ampat cukup mudah, jika anda memulai nya dari Ibu kota Jakarta, anda bisa memulai nya dengan menaiki pesawat, dengan maskapai penerbangan apapun itu Express Air, Batavia Air, Lion Air, dan lain-lain. Nah, jika anda sudah menaiki pesawat, anda tidak perlu terkejut jika pesawat akan turun di Makasar, karena Makasar adalah bandara yang menjadi tempat transit untuk selanjutnya pergi ke Sorong, Papua.

Raja Ampat adalah surga lantai ke-9!

Turun dari kapal LOB (live on board) di Sorong, saya, Nina dan Yasmin rencananya mau jalan-jalan ke bagian lain di Papua karena masih punya 2 mi

nggu liburan. Kami pun pergi ke bandara dan beberapa travel agent untuk nanya info pesawat dan kapal laut. Serasa ditampar, kami disadarkan bahwa Papua itu gedee banget! Naik pesawat bisa empat kali ganti, naik kapal bisa berhari-hari lagi. Setelah dihitung-hitung, harga dan waktu tidak sebanding untuk melanjutkan ke Biak, Nabire, apalagi ke Jayapura dan Wamena. Akhirnya kami memutuskan untuk balik lagi ke Raja Ampat – saking cintanya.

Tapi ke bagian mananya? Raja Ampat itu luasnya 46.000 km² atau hampir seluas provinsi Jawa Timur! Dengan lebih dari 1.500 pulau, sebagian besar dari wilahnya adalah laut. Berbekal informasi dari sana-sini, termasuk cari kenalan di Twitter, kami pergi ke Misool yang berada jauh di selatan Raja Ampat dan pas dapat tebengan speed boat milik TNC. Di distrik Misool hanya ada dua penginapan, yaitu resor milik bule seharga ribuan Euro di Babitim dan homestay lokal di Desa Harapan Jaya dengan harga ratusan ribu. Tentu kami pilih yang kedua meski masih te

rmasuk mahal. Karena daerah kepulauan, kendaraan di sana ya kapal bermotor. Untungnya kami bertiga, jadi bisa patungan menyewa boat yang cukup mahal mengingat harga bensin di Papua itu tinggi dan ketersediaanya terbatas. Setiap hari kami menyewa speed boat untuk berkeliling dan tinggal menunjuk pulau mana yang akan disinggahi untuk berenang.

Continue reading

Jalan-jalan Sulawesi Selatan #1 : Makassar

1 September 2013

Waktu subuh masih lama menjelang saat saya sudah tiba di terminal 1A Bandara Soekarno-Hatta. Adalah hal yang langka, walau cukup mudah dipahami, bahwa perjalanan dari kosan di Mampang Prapatan sampai bandara ini hanya butuh 30 menit saja. Ini hari Minggu, masih dini hari pula. Di jam normal, butuh waktu tak kurang dari 1,5 jam tuh.

Jam 03.30. Hmm.. keputusan saya untuk bangun jam 2 dan memesan taksi jam 3 jadi dipertanyakan nih. Bangun boro-boro di saat orang lain masih demen ama Wake Me Up When September Ends. Ini dini hari awal September aja udah terbangun lalu sekarang mesti menunggu lama karena jadwal take off masih jam 05.40! Emang bener kata orang, hanya ada pilihan di Jakarta: datang kepagian (terlalu awal) atau terlambat. Walau terlalu kepagian, tapi tetap bersyukur dong ya udah sampai di bandara. Sabar dan syukur, kunci pokok menjalani hidup di Jakarta (di semua kota juga sih..hehe). Alhamdulillah dengan itu saya masih begitu menikmati hidup di kerasnya ibukota :)

Singkat cerita, setelah masa menunggu masuk pesawat sambil asyik baca Qur’an selesai, bersiaplah saya terbang ke provinsi yang belum pernah saya jamah sama sekali. Ke daerah yang selama seminggu ke depan akan membawa saya kesan nan luar biasa. Bismillah. Dadah Jakarta!!

Bandara Sultan Hasanuddin

Image

Pesawat mendarat dengan mulus di landasan pacu bandara Sultan Hasanuddin. Tak kalah mulusnya saya melengang keluar dari bandara karena emang ga bawa barang di bagasi. Tapi waktu menunggu ternyata datang lagi. Mobil jemputan terlambat datang. Dalihnya.. kena macet! Waduh. Masa sih jauh-jauh meninggalkan Jakarta sang maharaja kemacetan untuk menemui kemacetan yang lain?

Continue reading

Semalam Di Pulau Kodingareng Keke

Sabtu pagi 21 September 2013, 24 orang rombongan @Jalan2Seru_Mks sudah memenuhi salah satu dermaga di pelabuhan rakyat Paotere. Setelah bernegosiasi dengan Bapak Muhaji sang pemilik perahu mereka pun sibuk mengatur barang bawaan ke dalam palka perahu, begitu juga dengan persediaan air tawar, tak kurang ada enam galon yang mereka siapkan.

Tepat pukul 09:45 perahu P. BADI dengan kapasitas hingga 30 orang tersebut mulai melaju membelah ombak selat Makassar menuju ke arah barat daya ke Pulau Kodingareng Keke. Menurut salah satu kru perahu, dalam kondisi normal (ombak tidak besar) perjalanan hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit, dengan estimasi jarak 15 KM berarti kecepatan perahu sekitar 30 Km /jam, tapi saat kami berangkat katanya kondisi angin dan ombak sedang ganas-ganasnya di perairan selat Makassar.

Betul saja, baru sekitar 5 menit kami berlayar, guncangan demi guncangan mulai kami rasakan. Tenda-tenda di lambung kiri kanan perahu yang tadinya digulung kini mulai dibuka untuk menghalangi percikan air laut. Di luar tampak buih putih hampir merata di semua puncak ombak, itu pertanda bahwa angin betul-betul kencang saat itu. Dari perkiraan, ketinggian ombak berkisar antara 1 – 2 meter, cukup membuat beberapa dari kami memuntahkan sebagian isi perut.

Continue reading

Ambon Manise, Maluku

Bukan berlebihan bila terminologi kota laut dilekatkan pada ibukota Maluku ini. Jalan utama yang selalu berbatasan dengan laut memberikan sebuah sensasi alam yang tiada terbendung.

Seakan-akan Ambon adalah atlantis di dunia modern. Penduduk dan laut sudah menjadi bagian kehidupan, laut adalah ambon dan ambon adalah laut. Perjalanan menyisir jalan utama Kota Laut Ambon adalah sebuah sensasi kehidupan baru untuk saya yang biasa hidup di sebuah kota yang jauh dari aroma pesisir.

kedatangan saya pagi ini sekitar pukul 7.00 waktu ambon, meski waktu sudah menunjukkan pukul 07.00, tetapi langit masih tampak seperti pukul 06.00 pagi jika dibandingkan dengan kota Bandung. menghirup udara segar ambon yang sangat sejuk menjadi kenikmatan tersendiri saat lubang pernafasan ini menghidup senyawa O yang yang telah berubah menjadi O2.

Continue reading

Ikut JALAN-JALAN #Karimun Jawa

Tujuan utama liburan kali ini emang Kepulauan Karimun Jawa. Udah sebulan lebih mama dan teman-temannya merencanakan liburan bareng-bareng. Meeting point di pelabuhan Kartini Jepara tanggal 21 April 2013. Jadi mulai tanggal 18 April berangkatlah kloter pertama dari Sangatta hihihi…Disusul kloter kedua tanggal 19 dengan kereta api dari Surabaya, kloter ketiga dan empat tanggal 20 masing-masing dari Jakarta dan Surabaya dengan bus antar propinsi yang katanya enak plus bantal dan selimut.

Dari Yogya aku, mama+ompapa dijemput travel jam 11 malam tanggal 20 April, dengan harapan nyampe di pelabuhan Jepara pagi. Katanya Yogya-Jepara itu sekitar 6 jam. Eh tapi ternyata entah karena ngebut, bangun-bangun mama udah ada aja gitu didepan pelabuhan jam 3 subuh hahaha..masih gelaap bro! Tapi ada juga sih barengannya manusia-manusia muda yang turun dari bus pariwisata. Yang sama kayak mama celingukan kanan-kiri bingung karena disorientasi. Hahahaha..

Berbekal pengetahuan yang rada-rada sok tau, mama pun nanya masjid terdekat, karena sebelum berangkat nyari-nyari info katanya ada masjid yang sering jadi tempat istirahat para pengembara. Si supir travel bilang ada diluar pelabuhan, tapi dia gak mau nganter, cuek aja. Cuman bilang Dari pintu gerbang belok kiri muter. Sebel juga sih kok gak dianterin, tapi karena males memohon-mohon jadi mama ama ompapa pun jalan kaki dikegelapan subuh mencari masjid. Keluar gerbang belok kiri…teruuuss..eh tapi kok gak ada tanda-tanda masjid? Menaranya aja gak keliatan sejauh mata memandang. Alamat bakal nyasar dan kebablasan jauh andai mama gak nekat mbangunin 3 orang om-om satpam yang terbuai mimpi indah sampai ngowoh ileran , trus tanya letak masjidnya. Kenapa mama yang tanya? Soalnya ompapa gak tega mbangunin mereka. Nyenyak banget katanyaaa…Mama pun keluar tanduk deh..”Mereka dibayar buat jaga, bukan mimpi bebarengan kayak gitu!”. Om-om satpam yang dibangunin gelagapan sambil lap iler trus bingung nanya “Mas siapa?” / Masjiiid mas, masjid terdekat dimana yaaa??. Trus ditunjukin deh, eh ternyata udah lewat, harus masuk gerbang satunya. Jadi balik kucing deh..”Okey, matur suwun mas..” Abis itu terserah mereka mo lanjut boboo atau gimana mama udah gak peduli.

Continue reading

Tips Jalan-Jalan Ke Karimunjawa

Tips-tips ini saya susun berdasarkan pengalaman saya selama berada di Karimunjawa, untuk memudahkan teman-teman terutama buat mbak-mbak yang suka bingung milih barang atau baju apa aja yang mau dibawa kalau lagi pergi ke suatu tempat, apalagi jika kita belum pernah datang ke tempat tersebut. Kepulauan Karimunjawa terdiri dari beberapa pulau kecil yang akan kita kunjungi satu-persatu menggunakan perahu dengan jarak antar pulau sekitar 15-30 menit. Kunjungan berlangsung seharian, jadi otomatis hampir seharian kita bermain-main di laut.

Continue reading

Bromo

Udah lama rasanya merencanakan trip yang satu ini. Berdiri di puncak gunung Bromo dan jadi saksi indahnya matahari terbit disana – yang kata orang-orang indahnya alamakjang itu, akhirnya terwujud akhir Maret kemarin.

Perjalanan saya dan Om Dapit sengaja di buat sederhana (baca: nggak mau boros :p).

Day 1
Kereta ekonomi Kertajaya yang tiketnya udah di beli online sejak 2 bulan sebelum keberangkatan. Stasiun Senin Jakarta, jam 15.30 perjalanan panjang dimulaiii. Cemilan, portable charger, majalah, dan TTS (Teka Teki Silang) udah siap untuk nemenin disela duduk di gerbong dan nggak ngapa-ngapain itu.
Pokoknya semalaman di hari perta

ma ini adalah perjalanan naik kereta api dari Jakarta ke Surabaya.

Continue reading

Medan Bagian II: Danau Toba

Bagian kedua ini menceritakan perjalananku dari bandara internasional Polonia Medan sampai di danau Toba.

Bandara Polonia
Bandara Polonia jauh lebih sederhana daripada bandara Soekarno Hatta. Turun dari pesawat, jalan sedikit, langsung bertemu dengan pintu keluar. Setelah keluar dari pintu keluar aku langsung naik bis tur. Setelah semua penumpang lengkap, bis berjalan keluar bandara. Ternyata pintu keluarnya sangat dekat. Begitu keluar dari bandara pemandangan sekitar langsung gedung-gedung kota. Pemandu tur di dalam bis menceritakan bahwa lokasi bandara Polonia adalah di tengah-tenga kota. Bandara sudah kurang memadai jumlah penerbangan yang ada dan bandara baru sedang dalam pembangunan.

Bis terus melalui sela-sela gedung di kota. Pemandu tur menceritakan beberapa hal terkait Medan. Satu hal yang masih kuingat adalah sultan Deli, kesultanan yang ada di Medan, berumur 17 tahun dan tinggal di Makassar. Pemandu tur selalu bercerita dalam setiap perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya. Jika kuingat, akan kuceritakan. Jika kulupa, lupakanlah, hahaha.
Continue reading

Medan Bagian I: Ekosistem Transportasi Udara

Bagian pertama ini menceritakan aku sebagai mahasiswa Teknik Informatika melihat ekosistem bandara. Aku lupa kapan terakhir aku ke bandara sebelum waktu ke Medan. Ketika itu aku bukanlah mahasiswa. Sekarang aku sebagai mahasiswa melihat betapa luar biasanya sistem yang menjalankan transportasi udara. Bagian ini sama sekali tidak menceritakan Medan atau keindahan danau Toba.

Aku tidak tahu apakah banyak orang yang memikirkan sistem-sistem yang ada di kehidupan mereka sehari-hari. Aku selalu penasaran apa yang terjadi di balik hal-hal yang ada di sekitarku. Pertanyaan yang sederhana adalah apa yang terjadi di balik transaksi ATM? Masih banyak sistem lainnya. Sistem yang akan kuceritakan adalah salah satunya.
Continue reading